RINI INDRIANI, Keperawatan UMI Makassar,2011
PROGRAM
STUDY KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM
INDONESIA
MAKASSAR
2014
FALL RISK ASSESSMENT
FALL RISK ASSESSMENT
I.
Definisi
Jatuh merupakan
suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata, yang melihat kejadian
mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai/tempat yang lebih
rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka.
Fall
risk assessment adalah penilaian faktor-faktor risiko yang menyebabkan pasien
jatuh.
II.
Penggunaan
Fall risk assessment di gunakan pada:
·
Pasien yang akan dirawat inap di rumah sakit
·
Pasien yang akan dipindahkan dari satu unit ke unit yang lain
·
Pasien yang dirawat inap lebih dari 2 minggu, dilakukan
secara regular
·
Pasien dengan riwayat jatuh sebelumnya
·
Pasien yang kondisinya berubah menjadi lebih buruk
·
Setelah pergantian perawat
III.
Faktor Risiko
1.
Faktor Intrinsik
a.
Kelainan kognitif (termasuk depresi)
1)
Delirium (hipoaktif dan hiperaktif)
2)
Demensia
3)
Proses berpikir lambat
4)
Depresi (observasi tanda-tanda depresi, seperti: suasana
perasaan yang tertekan sepanjang hari (afek depresi), kehilangan minat dan
gairah pada hamper segala aktifitas yang dirasakan sepanjang hari, mudah lelah
dan aktivitas menurun, berkurangnya nafsu makan, dan lain-lain)
b.
Riwayat jatuh sebelumnya
c.
Penurunan atau gangguan penglihatan
d.
Pasien dengan penyakit kronis (stroke, Parkinson,
osteoporosis)
e.
Mobilitas pasien yang terbatas
1)
Kelemahan otot
2)
Artritis
3)
Gangguan keseimbangan dan gaya berjalan (gait)
4)
Penggunaan alat bantu untuk berjalan
f.
Peningkatan penggunaan toilet
§ Diare
§ Inkontinensia
urin (sering BAK)
g.
Usia lanjut (> 65 tahun atau usia 50-64 tahun dengan
penyakit yang menyebabkan risiko jatuh meningkat)
h.
Penggunaan obat-obatan (4 atau lebih dari obat-obatan:
Benzodiazepines, anti konvulsan, anti psikotik, opioid, anti aritmia, anti
hipertensi, anti histamin, diuretik)
2.
Faktor Ekstrinsik
a)
Pencahayaan yang kurang
b)
Lantai yang licin atau tidak aman (karpet yang menggelembung
atau kabel yang berserakan)
c)
Alas kaki yang tidak adekuat
d)
Anak tangga yang tidak adekuat atau tanpa pengaman
3.
Risiko tinggi jatuh dengan injuri: ABCs
Age
: usia ≥ 85 tahun
Bones : osteoporosis, riwayat
fraktur, penggunaan kortikosteroid jangka lama, metastase tulang
Coagulation abnormalities : kelainan pembekuan darah, kondisi
yang menyebabkan koagulopati, penggunaan antikoagulan
Surgery : amputasi ekstemitas,
operasi besar abdomen atau thorax.
IV.
Yang Harus Diperhatikan
a.
Usia
b.
Riwayat
Jatuh
c.
Aktivitas
( ADL )
d.
Defisit (Penglihatan, pendengaran )
e.
Kognitif
f.
Pola BAB dab BAK
g.
Mobilitas
/motorik
h.
Pengobatan
:
-
Antihipertensi
-
Hiploglikemik
-
Antidepresan
-
Neurotropik
-
Sedatif, Diuretik
-
Laxative
V.
Assesmen Resiko Jatuh
1.
Memonitor
pasien sejak masuk
2.
Memonitor
dengan ketat pada pasien yang mempunyai risiko tinggi : memberikan tanda/ alert
( sesuai warna universal
3.
Libatkan
pasien atau keluarga dalam upaya pencegahan risiko jatuh
4.
Laporan
peristiwa pasien jatuh
Contoh
Assesment yang diberikan yaitu :
Self Assesment Resiko Jatuh.
VI.
Klasifikasi
Tindakan Sesuai Skor Keparahan
a.
Resiko Rendah (skor 0-5)
1.
Pastikan bel mudah dijangkau oleh
pasien
2.
Roda tempat tidur dalam keadaan
terkunci
3.
Posisikan tempat tidur pada posisi
terendah
4.
Pagar pengaman tempat tidur
dinaikkan
b.
Resiko Sedang (6-13)
1.
Lakukan senua pedoman pencegahan
untuk resiko rendah
2.
Pasangkan gelang khusus (warna
kuning) sebagai tanda pasien resiko jatuh
3.
Tempatkan tanda resiko pasien jatuh
pada datar nama pasien (warna kuning)
4.
Beri tanda resiko pasien jatuh pada
pint kamar pasien
c.
Resko Tinggi (>= 14)
1)
Lakukan semua pedoman pencegahan
untuk resiko rendah dan sedang
2)
Kunjungi dan monitor pasien setiap
satu jam
3)
Tempatkan pasien dikamar yang paling
dekat dengan nurse station (jika memungkinkan
VII.
Alat Bantu
Assessment
·
Pasien Dewasa Rawat Inap
1.
Morse Fall Scale
2.
Hendrich II Fall Risk Model
·
Pasien Dewasa Rawat Jalan
1.
Anamnesa riwayat jatuh
2.
Get Up and Go
3.
Timed Get Up and Go
Observasi dan ukur waktu pasien berdiri dari kursi, berjalan
sejauh 3m, berputar dan kembali ke kursi lalu duduk kembali
·
Pasien Anak-Anak Rawat Inap
2.
Schmid
“Little Schmidy”
3.
Humpty
Dumpty
VIII.
Pencegahan
Pasien Jatuh
a.
Mengevaluasi faktor risiko
b.
Pencegahan standar:
1)
Mengenalkan pasien dengan lingkungan sekitarnya
2)
Menempatkan tombol panggilan di tempat yang mudah dijangkau
pasien dan mengajari pasien bagaimana cara menggunakannya
3)
Meletakkan benda-benda penting yang dibutuhkan pasien di tempat yang mudah dijangkau pasien
4)
Tempat tidur pasien disiapkan dalam posisi rendah dan dalam
keadaan terkunci
5)
Memastikan pasien menggunakan alas kaki yang tidak licin dan
ukurannya sesuai
6)
Menyediakan pencahayaan yang cukup, terutama pada malam hari
7)
Pastikan lantai dalam keadaan bersih dan kering
8)
Sediakan pengaman (handrails) di kamar mandi dan kamar
pasien, serta di lorong rumah sakit
c.
Pencegahan khusus:
1)
Gunakan tanda visual untuk memberitahukan risiko jatuh
(seperti: tanda yang dipasang di pintu kamar pasien/di dalam kamar pasien,
gelang penanda, kaos kaki/selimut berwarna, tanda di berkas rekam medis pasien)
2)
Dampingi pasien saat pasien ke kamar mandi
3)
Tanyakan apakah pasien ingin ke kamar mandi setiap 2 jam
sekali (apabila pasien dalam keadaan sadar)
4)
Gunakan tempat tidur yang rendah
5)
Bila diperlukan, observasi pasien secara berkala
d.
Hourly Rounding
§ Meliputi 4P:
Position, Pain assessment, Personal needs (BAK/BAB), Placement
e.
Tempat tidur yang rendah
f.
Pemasangan alarm bila ada pasien yang jatuh
g.
Observasi secara berkala
h.
Komunikasi
§ Komunikasi
visual (pada rekam medis pasien, gelang pasien diberi tanda “fall risk”;
pemberian kaos kaki atau selimut berwarna)
§ Komunikasi
dengan pasien dan keluarga pasien
-
Jelaskan bahwa pasien memiliki risiko untuk jatuh
-
Jelaskan program pencegahan pasien jatuh yang dimiliki rumah
sakit
-
Libatkan pasien dan keluarganya dalam program pencegahan dan
beri kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk memberi masukan.
CONTOH KASUS :
Ny. S umur 72 tahun datang ke RS. Ibnu Sina pada tanggal 19
september 2014 pukul 09.40 WITA dengan keluhan penglihatannya kabur seperti ada
kabut. Ny. S diantar oleh cucunya yang masih duduk di bangku SMA. Ny. S
mengatakan mulai merasakan penglihatannya kabur sejak ± 7 bulan yang lalu.
Awalnya, Ny. S hanya merasakan kabur pada mata kirinya saja, namun 5 bulan
kemudian Ia mulai merasakan mata kanannya juga sudah mulai kabur seperti
berkabut. Cucu Ny. S mengatakan bahwa 2 hari yang lalu neneknya pernah terjatuh
di dapur.
Dari Hasil pemeriksaan fisik yang
di lakukan Ns. R, di dapatkan TTV: TD; 150/90 mmHg, N: 74 x/mt, P: 16x/mt. Pada
hasil Pemeriksaan Visus di dapatkan VOD : 4/60 , VOS : 2/60, ke dua mata, kiri
maupun kanan sudah tertutupi selaput berwarna putih. Namun mata kiri hampir
keseluruhan tertutupi lapisan berwarna putih. Dokter menyarankan Ny. S untuk
Operasi Katarak, agar dapat mengangkat lapisan putih yang menutupi pandangan
matanya. Ny. S dan cucunya mulai berdiskusi mengenai saran yang di berikan
dokter. Ny. S kemudian menyutujui saran yang diberikan dokter untuk operasi
katarak
Dokter mengatakan bahwa Ny. S di rencanakan Operasi pada hari
Selasa, tanggal 23 September 2014. Ns. R memberikan penjelasan mengenai
prosedur yang akan di lalui Ny. S. Ns. R menyarankan agar Ny. S masuk RS. pada
hari senin, agar dapat di kontrol sebelum operasi dilakukan.
Ny. S masuk ke ruang Rawat Inap Mawar Kamar 3 RS. Ibnu Sina
pada tanggal 22 September 2014 pukul 11.10 WITA dan di rencanakan untuk operasi
katarak.
Ns. A masuk ke kamar 3.
Ns. A : (Mengucapkan Salam) Permisi Ibu (sambil menghampiri pasien), Atas Nama syapa
bu??
Ny. S : Ibu Siti
(sambil tersenyum ke perawat)
Ns. A : Oh, Ibu
Siti (Membalas senyum Pasien). Ibu
yang kemarin direncanakan dr. Noro untuk operasi katarak, yah??
Ny. S : Iya
sus..
Ns. A : Bu, saya
perawat yang bertugas pagi ini, Nama Saya Ns. Ayu. (memperkenalkan diri).
Ny. S : Oh Iya
suster.
Ns. A : (Mendekati Tempat tidur Pasien) Permisi
Ibu, Saya tensi dulu, yah. (sambil
memasangkan manset ditangan Pasien).
Ny. S : Iya,
Sus.. Silahkan (sambil berbaring di
tempat tidurnya)
Ns. A : Pernah
kita tensi sebelumnya bu?
Ny. S : Pernah,
terakhir itu saya tensi, tekanan darah ku sekitar 150/90 mmHg (sambil menatap perawat)
Ns. A : Oh, iya
Bu. Saya Tensi dulu ibu di’ (sambil
mengukur Tekanan Darah pasien). Bu, Tekanan Darah ta’ sekarang 140/80 mmHg.
Ny. S : (Bertanya ke perawat). Bagus ji itu
suster???
Ns. A : Iya Bu,
Normal itu Bu.
Ny. S : (sambil menghela nafas) Alhamdulillah.
Ns. A : Bu,
jangan kita terlalu stress fikirkan operasi ta’ itu, karena kalau kita stress
nanti naik Tekanan Darah ta’..(sambil
menjelaskan ke pasien)
Ibu
berdoa saja, mudah-mudahan Operasinya nanti berjalan Lancar, dan ibu bisa
melihat dengan baik lagi (Memberi
Dukungan Pada Pasien)
Ny. S : Iya
Suster. Amin Semoga Lancar
Ns. A : Bu, ada
keluarga yang menemani?? (klien tampak
sendirian di dalam kamar)
Ny. S : Ada
suster, Cucu saya. Tapi, lagi pulang dulu ambil Sarung, sus.
Ns. A : Oh Iya
Bu, saya pasangkan pengaman tempat tidurnya yah. (sambil menarik pengaman).
Bu, kalau ada sesuatu yang Ibu perlukan, Ibu bisa menekan
tombol di samping tempat tidur, sehingga Perawat bisa mengetahui dan segera
membantu (Memberi Penjelasan kepada Klien)
Ny. S : Iya
suster. (sambil menganggukkan kepala)
Ns. A : Bu, Saya
mau sampaikan, bahwa saya hari ini bertugas hanya sampai siang saja, Jadi
sebentar akan ada perawat lainnya yang akan bertugas menggantikan saya. Jadi,
jika ibu memerlukan bantuan, perawat yang bertugas akan membantu ibu.
Ny. S : Oh, Iya
Sus..
Ns. A : Baiklah
Bu, Ibu bisa Istirahat (sambil menarik
selimut pasien). Saya Permisi dulu yah Bu..
Ny S : Iya,
Suster.. Terima Kasih Banyak.
Pergantian Shift Pagi dengan Shift Siang.
Pukul 15.10 WITA, Tiba-tiba Bel di ruang Perawatan Ny. S
berbunyi :
Ns. H : Dek.. (memanggil mahasiswa praktek) Tolong
periksa dulu kamar 3, apa yang pasien butuhkan (sambil menunjuk kamar 3)
Mahasiswa :
Iye Kak. (sambil berjalan menuju kamar 3).
Mahasiswa menuju kamar 3 tempat Ny. S berada
Mahasiswa : (sampai di depan pintu kamar 3). Permisi
Bu, ada yang bisa di bantu?? (menghampiri
pasien)
Ny. S : Iya,
sus.. Saya mau buang air kecil, Bisa kita bantu ke Toilet?? (klien duduk di tempat tidur)
Mahasiswa: Oh, Iya Bu, Mari saya Bantu (sambil membantu klien turun dari tempat tidur dan menuju ke Toilet)
Klien masuk ke Toilet. Namun, tanpa di duga mahasiswa
meninggalkan klien sendirian di dalam kamar mandi. Beberapa menit kemudian,
klien keluar dari kamar mandi, dan berjalan sendirian menuju tempat tidurnya.
Perawat melihat klien berjalan sendirian ke Tempat tidurnya, dan langsung masuk
membantu klien.
Ns. H : (berjalan menuju pasien) Bu, Mari sini
saya bantu ibu ke tempat tidurnya (memegang
tangan klien)
Ny. S : Oh, Iya
suster (sambil memegang erat tangan
perawat dank lien naik ke tempat tidurnya)
Ns. H : Bu,
bukan kah tadi ada mahasiswa yang membantu ibu?? (sambil merapikan selimut pasien)
Ny. S : Iya,
tadi ada mahasiswa yang membantu saya, tapi sepertinya dia keluar (menyandarkan kepalanya ke bantal)
Ns. H : Oh, Iya
Bu.. Jika Nanti ibu ingin keluar kamar, ibu bisa memencet bel disamping tempat
tidur, sehingga perawat bisa membantu ibu, dan ada pula pegangan di depan
tembok yang mengelilingi kamar ibu, ibu bisa memegang dan mengikuti jalur
sampai ke tempat tidur ibu atau ke pintu keluar
(sambil memperagakan contohnya ke
pasien).
Ny. S : Oh iya
suster.. (sambil melihat kembali tempat
yang di tunjukkan perawat)
Ns. H : Baiklah
ibu, saya permisi dulu…
Ny. S : Iya
suster, Terima Kasih atas bantuannya.
Ns. H : (Menuju ke pintu, dan keluar kamar pasien)
Ns. H kembali ke Nurse Station dan memanggil mahasiswa yang
tadi membantu Ny. S
Ns. H : Ade.. (memanggil mahasiswa yang ke kamar Ny. S tadi)
kesini dulu dek??
Mahasiswa : (menghampiri
kakak perawat) Iye kak..
Ns. H : Dek,
Kamu tadi yang bantu Ny. S ke kamar mandi?
Mahasiswa: (dengan
wajah tertunduk) Iya kak, saya tadi yang membantu Ny. S ke kamar mandi.
Ns. H : Kenapa
tadi kamu tinggalkan Ny. S sendirian di kamar mandi?
Mahasiswa :
Maaf Kak, tadi saya kebetulan mau buang air besar, Jadi saya langsung berlari
keluar kamar Ny. S menuju ke Toilet (sambil
menunduk)
Ns. H : Itu dek,
kalau ada keperluan yang seperti itu dan tidak bisa ditahan lagi, sebaiknya
panggil teman mahasiswa lainnya atau izin ke kakak perawat, supaya ada yang
menggantikan kamu ke kamar Ny. S. (memberi
penjelasan ke mahasiswa).
Mahasiswa: Iye Kak.. Maaf Sebelumnya…
Ns. H : (memberi penjelasan ke mahasiswa mengenai
kondisi Ny. S sekarang ini)
Dek,. Ny. S itu termasuk pasien yang harus di jaga untuk
menghindari resiko jatuh. Ny. S memiliki penglihatan Kabur, umur yang sudah 72
tahun sehingga sangat besar resiko untuk jatuh jika tidak di perhatikan dengan
baik, yang dimana dapat menimbulkan masalah baru nantinya. Apalagi Ny. S pernah
mengalami riwayat jatuh sebelumnya. Maka dari itu, Kamar Ny. S di tempatkan di
kamar khusus pasien yang beresiko jatuh dan kamar Ny. S terdapat alat bantu Bel
untuk memudahkan perawat mengetahui hal yang dibutuhkan pasien. Selain itu,
lantai kamar Ny. S itu harus selalu di pastikan kering, tidak ada genangan air
untuk menghindari resiko jatuh.
Mahasiswa : Oh, begitu kak (sambil mengangguk mengerti)
Ns. H : (melanjutkan penjelasannya) selain itu,
tempat tidur pasien itu harus dipastikan terkunci, pengamannya harus terpasang,
dan posisikan pasien ke tempat terendah untuk menghindari resiko jatuh. Jadi,
Jika pasien masuk dengan resiko jatuh, maka pastikan untuk meminimalisir resiko
tersebut dengan melakukan tindakan tersebut.
Mahasiswa : Oh iye Kak.. Maaf sebelumnya.,.
Ns. H : Lain
kali jangan begitu yah dek, Nanti bisa
membahayakan pasiennya.
Mahasiswa : Iya Kak.. Terima Kasih penjelasannya kak.. (sambil berjalan kembali ke tempat duduknya).
Penjelasan:
Pasien dengan resiko jatuh sangat membutuhkan perhatian
khusus guna menghindari dan meminimalisir resiko jatuh yang dapat mengakibatkan
kejadian yang tidak diharapkan (KTD) dan dapat mengancam keselamatan pasien.
Tindakan untuk mencegah hal tersebut sangat di butuhkan. Adapun metode
pencegahan yang bisa di berikan pada pasien dengan resiko jatuh di antaranya
yaitu:
1)
Mengevaluasi faktor risiko
2)
Pencegahan standar:
a.
Mengenalkan pasien dengan lingkungan sekitarnya
b.
Menempatkan tombol panggilan di tempat yang mudah dijangkau
pasien dan mengajari pasien bagaimana cara menggunakannya
c.
Meletakkan benda-benda penting yang dibutuhkan pasien di tempat yang mudah dijangkau pasien
d.
Tempat tidur pasien disiapkan dalam posisi rendah dan dalam
keadaan terkunci
e.
Memastikan pasien menggunakan alas kaki yang tidak licin dan
ukurannya sesuai
f.
Menyediakan pencahayaan yang cukup, terutama pada malam hari
g.
Pastikan lantai dalam keadaan bersih dan kering
h.
Sediakan pengaman (handrails) di kamar mandi dan kamar
pasien, serta di lorong rumah sakit.
i.
Gunakan tanda visual untuk memberitahukan risiko jatuh
(seperti: tanda yang dipasang di pintu kamar pasien/di dalam kamar pasien,
gelang penanda, kaos kaki/selimut berwarna, tanda di berkas rekam medis pasien)
j.
Dampingi pasien saat pasien ke kamar mandi. Tanyakan apakah
pasien ingin ke kamar mandi setiap 2 jam sekali (apabila pasien dalam keadaan
sadar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar