Managemen Keperawatan (Pengarahan)
1.
Pengertian
dan Fungsi Pengarahan
A.
Pengertian
Pengarahan
Pengarahan
(Direction) adalah keinginan untuk membuat orang lain mengikuti keinginannya
dengan menggunakan kekuatan pribadi atau kekuasaan jabatan secara efektif dan
pada tempatnya demi kepentingan jangka panjang perusahaan. Termasuk didalamnya
memberitahukan orang lain apa yang harus dilakukan dengan nada yang bervariasi
mulai dari nada tegas sampai meminta atau bahkan mengancam. Tujuannya adalah
agar tugas-tugas dapat terselesaikan dengan baik.
Pengarahan merupakan petunjuk untuk
melaksanakan sesuatu, atau perintah resmi seseorang pimpinan kepada bawahannya
berupa petunjuk untuk melaksanakan sesuatu. Pengarahan yaitu memberi petunjuk
dan menjelaskan tugas secara rinci agar dapat terselesaikan dengan baik (kamus lengkap bahasa indonesia).
Pengarahan
adalah suatu proses pembimbingan, pemberian pertunjuk, dan instruksi kepada
bawahan agar mereka bekerja sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Pengarahan mencakup beberapa proses operasi standart, pedoman dan buku panduan,
bahkan management berdasarkan sasaran (management by objektif).
Para
ahli banyak berpendapat kalau suatu pengarahan merupakan fungsi terpenting
dalam manajemen. Karena merupakan fungsi terpenting maka hendaknya pengarahan
ini benar-benar dilakukan dengan baik oleh seorang pemimpin.
Seorang
manajer yang baik hendaknya sering memberi masukan-masukan kepada anggotanya
karena hal tersebut dapat menunjang prestasi kerja anggota. Seorang anggota
juga layaknya manusia biasa yang senang dengan adanya suatu perhatian dari yang
lain, apabila perhatian tersebut dapat membantu meningkatkan kinerja mereka.
Suatu
pengarahan dapat diberikan suatu batasan baik yang bersifat umum maupun
spesifik, bergantung pada frekuensi kerja dan motif usaha yang dikembangkan.
Pengarahan dapat diberikan batasan sebagai suatu proses pebimbingan, pemberian
petunjuk dan intruksi kepada bawahan agr mereka bekerja sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan.
Pengarahan
berarti menentukan kepada bawahan tentang apa yang harus mereka kerjakan dan
tak boleh dikerjakan. Pengarahan menetukan atau melarang jenis prilaku
tertentu.
B. Fungsi Pengarahan
Fungsi
Pengarahan adalah suatu fungsi kepemimpinan manajer untuk meningkatkan
efektifitas dan efisiensi kerja secara maksimal serta menciptakan lingkungan
kerja yang sehat, dinamis, dan lain sebagainya.
Pengarahan berarti para manajer
mengarahkan, memimpin dan mempengaruhi bawahan. Manajer tidak melakukan semua
kegiatan sendiri, tetapi menyelesaikan tugas-tugas esensial melalui orang-orang
lain. Mereka juga tidak sekedar memberikan perintah, tetapi menciptakan iklim
yang dapat membantu para bawahan melakukan pekerjaan secara paling baik.
Pengarahan (leading) adalah
untuk membuat atau mendapatkan para karyawan untuk melakukan apa yang
diinginkan, dan harus mereka lakukan. Dikenal sebagai leading,
directing,motivating atau actuating.
Pengarahan
pada dasarnya akan berkaitan dengan
1. Faktor individu dalam kelompok
2. Motivasi dan kepemimpinan
3. Kelompok kerja dan ,
4. Komunikasi dalam organisasi
1. Faktor individu dalam kelompok
2. Motivasi dan kepemimpinan
3. Kelompok kerja dan ,
4. Komunikasi dalam organisasi
Terdapat
suatu cara yang tepat untuk digunakan yaitu:
1. Melakukan
orientasi tentang tugas yang akan dilakukan
2. Memberikan
petunjuk umum dan khusus
3. Mempengaruhi
anggota, dan
4. Memotivasi
Salah satu alasan pentingnya
pelaksanaan fungsi pengarahan dengan cara memotivasi bawahan adalah:
a) Motivasi
secara impalist, yakni pimpinan organisasi berada di tengah-tengah para
bawahannya dengan demikian dapat memberikan bimbingan, instruksi, nasehat dan
koreksi jika diperlukan.
b) Adanya
upaya untuk mensingkronasasikan tujuan organisasi dengan tujuan pribadi dari
para anggota organisasi.
c) Secara
eksplisit terlihat bahwa para pelaksana operasional organisasi dalam memberikan
jasa-jasanya memerlukan beberapa perangsang atau insentif.
Pengarahan memiliki
beberapa karakteristik:
a) Pervasive Function, yaitu pengarahan
diterima pada berbagai level organisasi. Setiap manajer menyediakan petunjuk
dan inspirasi kepada bawahannya.
b) Continous Activity, pengarahan
merupakan aktivitas berkelanjutan disepanjang masa organisas
c) Human factor, fungsi pengarahan berhubungan
dengan bawahan dan oleh karena itu berhubungan dengan human factor. Human
factor adalah perilaku manusia yang kompleks dan tidak bisa diprediksi.
d) Creative Activity, fungsi
pengarahan yang membantu dalam mengubah rencana ke dalam tindakan. Tanpa fungsi
ini, seseorang dapat menjadi inaktif dan sumber fisik menjadi tak berarti.
e) Executive
Function,
Fungsi pengarahan dilaksanakan oleh semua manajer dan eksekutif pada semua
level sepanjang bekerja pada sebuah perusahaan, bawahan menerima instruksi
hanya dari atasannya.
f) Delegated Function, pengarahan seharusnya
adalah suatu fungsi yang berhadapan dengan manusia. Atasan harus dapat
mengetahui bahwa perilaku manusia merupakan suatu hal tidak dapat diprediksi
dan alami sehingga atasan seharusnya dapat mengkondisikan perilaku seseorang ke
arah tujuan yang diharapkan.
2.
Fungsi
Pengarahan, Komunikasi dan Ketegasan
A. Fungsi Pengarahan
Fungsi
pengarahan (leading), secara sederhana adalah untuk membuat atau mendapatkan
para karyawan melakukan apa yang diinginkan, dan harus mereka lakukan.
Pengarahan merupakan
fungsi manajemen yang menstimulir tindakan-tindakan agar betul-betul
dilaksanakan. Oleh karena tindakan-tindakan itu dilakukan oleh orang, maka
pengarahan meliputi pemberian perintah-perintah dan motivasi pada personalia
yang melaksanakan perintah-perintah tersebut.
Pengarahan (leading) adalah
untuk membuat atau mendapatkan para karyawan untuk melakukan apa yang
diinginkan, dan harus mereka lakukan. Dikenal sebagai leading,
directing,motivating atau actuating.
Pengarahan memiliki
beberapa karakteristik:
a. Pervasive Function, yaitu pengarahan diterima
pada berbagai level organisasi. Setiap manajer menyediakan petunjuk dan
inspirasi kepada bawahannya.
b. Continous Activity, pengarahan
merupakan aktivitas berkelanjutan disepanjang masa organisasi
c. Human factor, fungsi pengarahan berhubungan
dengan bawahan dan oleh karena itu berhubungan dengan human factor. Human
factor adalah perilaku manusia yang kompleks dan tidak bisa diprediksi.
d. Creative Activity, fungsi
pengarahan yang membantu dalam mengubah rencana ke dalam tindakan. Tanpa fungsi
ini, seseorang dapat menjadi inaktif dan sumber fisik menjadi tak berarti.
e. Executive
Function,
Fungsi pengarahan dilaksanakan oleh semua manajer dan eksekutif pada semua
level sepanjang bekerja pada sebuah perusahaan, bawahan menerima instruksi
hanya dari atasannya.
f. Delegated Function, pengarahan seharusnya
adalah suatu fungsi yang berhadapan dengan manusia. Atasan harus dapat
mengetahui bahwa perilaku manusia merupakan suatu hal tidak dapat diprediksi
dan alami sehingga atasan seharusnya dapat mengkondisikan perilaku seseorang ke
arah tujuan yang diharapkan.
B. Fungsi Komunikasi
1.
Menurut
Rudolf F. Verderber Komunikasi
mempunyai dua fungsi yakni:
a) Fungsi social, yakni untuk tujuan
kesenangan, untuk menunjukan ikatan dengan orang lain, membangun dan memelihara
hubungan.
b) Fungsi pengambilan keputusan, yakni
memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu pada saat tertent,
seperti: apa yang akan kita makan pagi hari, apakah kita akan kuliah atau
tidak, bagaimana belajar menghadapi tes.
2. Menurut Judy C. Pearson dan Paul E.
Nelson, komunikasi
mempunyai dua fungsi umum, yaitu:
1) Untuk kelangsungan hidup
diri-sendiri yang meliputi: keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi,
menampilkan diri kita sendiri kepada orang lain dan mencapai ambisi pribadi.
2) Untuk kelangsungan hidup masyarakat,
tepatnya untuk memperbaiki hubungan sosial dan mengembangkan keberadaan suatu
masyarakat.
3.
Menurut Thomas M. Scheidel
Kita
berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas-diri, untuk
membangun kontak social dengan orang di sekitar kita, dan untuk mempengaruhi
orang lain untuk merasa, berpikir, atau berperilaku seperti yang kita inginkan.
4.
Menurut Gordon I. Zimmerman et al
Tujuan
komunikasi dibagi menjadi dua kategori. Pertama, kita berkomunikasi
untuk menyelesaikan tugas-tugas yang penting bagi kebutuhan kita – untuk
memberi makan dan pakaian kepada diri-sendiri, memuaskan kepenasaran kita akan
lingkungan, dan menikmati hidup. Kedua, kita berkomunikasi untuk
menciptakan dan memupuk hubungan dengan orang lain.
5.
Menurut William I.Gordon
Komunikasi
mempunyai empat fungsi menurut kerangka yang dikemukakan, yakni:
a. Komunikasi social
Fungsi
komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi
penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi-diri, untuk kelangsungan
hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan,
antara lain lewat komunikasi yang menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang
lain.
b. Komunikasi ekspresif
Komunikasi
ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat
dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrument untuk menyampaikan
perasaan-perasaan (emosi) kita.
c. Komunikasi ritual
Komunikasi
rutual bertujuan untuk komitmen mereka kepada tradisi keluarga, komunitas,
suku, bangsa, negara, ideology, atau agama mereka.
d. Komunikasi instrumental
Komunikasi
instrumental mempunyai beberapa tujuan umum: menginformasikan, mengajak,
mengubah sikap dan keyakinan, dan mengubah perilaku atau menggerakan tindakan,
dan juga menghibur
Fungsi Komunikasi lainnya terdiri
dari :
1. Informasi
Pengumpulan,
penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta dan pesan opini
dan komentar yang dibutuhkan agar dapat dimengerti dan beraksi secara jelas
akan kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang
tepat.
2. Sosialisasi (pemasyarakatan)
Penyediaan
sumber ilmu pengetahuan agar bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat
yang efektif, sehingga sadar akan fungsi sosialnya dan dapat aktif di masyarakat
3. Motivasi
Menjelaskan
tujuan tiap masyarakat jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong untuk
menentukan pilihan dan keinginan, mendorong kegiatan individu dan kelompok
berdasar tujuan bersama
4. Perdebatan dan diskusi
Saling
bertukar fakta dalam menyelesaikan perbedaan pendapat.
5. Pendidikan
Pengalihan
ilmu pengetahuan dalam mendorong intelektual, pembentuk watak dan pendidikan
keterampilan dan kemahiran pada semua bidang.
6. Memajukan kebudayaan
Penyebaran
hasil budaya dan seni dalam melestarikan warisan masa lalu, membangun
imajinasi, kreativitas dan esteti
7. Hiburan
Penyebarluasan
suara, simbol dan image dari drama, tari, kesenian, kesusasteraan, musik, olah
raga, dll. Untuk rekreasi, kesenangan kelompok dan individu.
8. Integrasi
Penyampian
pesan bagi bangsa, kelompok atau individu agar saling kenal, mengerti dan
menghargai kondisi, pandangan dan keinginan orang lain.
C. Fungsi
Ketegasan
Ketegasan seorang pimpinan dalam
perusahaan merupakan salah satu cara yang diperlukan selain dapat memberikan
pengarahan, motivasi, dukungan dan komunikasi yang baik terhadap bawahan.
Sehingga para karyawan atau staf memiliki rasa tanggung jawab dan melakukan
tugasnya dengan benar, tergerak dan memiliki motivasi atas pekerjaannya.
Seorang pimpinan dapat memberikan
wewenang dan kepercayaan kepada beberapa bagian untuk menjalankan tugasnya,
sehingga pimpinan tidak selalu harus melakukan segalanya sendiri. Dengan
demikian sistem manajemen dan struktur organisasi yang ada di perusahaan
berjalan sebagaimana mestinya.
Ketegasan dalam
mengambil keputusan hendaknya terdapat dalam diri seorang Pemimpin. Pemimpin
yang berhasil pasti dapat mengambil keputusan secara cepat, tegas dan tepat
sebagai hasil dari kearifan dan pengalamannya.
3.
Teori Motivasi dan Pengambilan
Keputusan
a. Teori
Motivasi
Motivasi
merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau
mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau
keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata
lain motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang
yang mempunyai motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh
kesuksesan dalam kehidupan..
Motivasi
dapat berupa motivasi intrinsic dan ekstrinsic. Motivasi yang bersifat intinsik
adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat seorang termotivasi,
orang tersebut mendapat kepuasan dengan melakukan pekerjaan tersebut bukan
karena rangsangan lain seperti status ataupun uang atau bisa juga dikatakan
seorang melakukan hobbynya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah manakala
elemen elemen diluar pekerjaan yang melekat di pekerjaan tersebut menjadi
faktor utama yang membuat seorang termotivasi seperti status ataupun kompensasi.
Banyak
teori motivasi yang dikemukakan oleh para ahli yang dimaksudkan untuk
memberikan uraian yang menuju pada apa sebenarnya manusia dan manusia akan
dapat menjadi seperti apa. Landy dan Becker membuat pengelompokan pendekatan
teori motivasi ini menjadi 5 kategori yaitu teori kebutuhan,teori
penguatan,teori keadilan,teori harapan,teori penetapan sasaran.
Teori motivasi
merupakan proses sebab akibat bagaimana seseorang bekerja serta hasil apa yang
diperolehnya. Jika bekerja baik saat ini maka, hasilnya akan diperoleh baik
untuk hari esok. Jadi hasil yang tercermin dalam bagaimana proses kegiatan yang
dilakukan seseorang.
A. Teori Motivasi Abraham Maslow
(1943-1970)
i.
Teori
kebutuhan
Teori
motivasi sekarang banyak orang adalah teori kebutuhan. Teori ini beranggapan
bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakekatnya adalah kebutuhan
fisik maupun psikis. Oleh karena itu menurut teori ini apabila seseorang, ia
harus mengetahui terlebih dahulu apa kebutuhan-kebutuhan orang-orang yang
dimotivasinya.
Sebagai
pakar psikologi, Maslow mengemukakan adanya lima tingkatan kebutuhan pokok
manusia. Adapun kelima tingkatan kebutuhan pokok manusia yang dimaksud adalah :
1)
Kebutuhan
fisiologis
Kebutuhan fisiologis memiliki
prioritas tertinggi dalam Hirarki Maslow. Kebutuhan fisiologis merupakan hal
yang mutlak dipenuhi manusia untuk bertahan hidup. Manusia memiliki lima macam
kebutuhan yaitu:
a)
Kebutuhan
oksigen dan pertukaran gas :Merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan
untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktifitas
berbagai organ atau sel.
b)
Kebutuhan
cairan dan elektrolit, kebutuhan makanan: Bagian dari kebutuhan dasar manusia
secara fisiologis yang memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh hampir 90%
dari total berat badan tubuh.
c) Kebutuhan eliminasi urine dan alvi:
Merupakan bagian dari kebutuhan fisiologis dan bertujuan untuk mengeluarkan
bahan sisa
d) Kebutuhan istirahat dan tidur,
kebutuhan aktivitas: Untuk memulihkan status kesehatan dan mempertahankan
kegiatan dalam kehidupan sehari-hari terpenuhi
e) Kebutuhan kesehatan temperatur tubuh
dan kebutuhan seksual: Merupakan untuk memenuhi kebutuhan biologis dan untuk
memperbanyak keturunan (Hidayat, 2006).
2) Kebutuhan rasa aman dan perlindungan
(Safely and Security)
adalah aman dari berbagai aspek baik
fisiologis maupun psikologis, kebutuhan meliputi :
a)
Kebutuhan perlindungan diri dari udara
dingin, panas, kecelakaan dan infeksi
b) Bebas dari rasa takut dan kecemasan
c) Bebas dari
perasaan terancam karena pengalaman yang baru dan asing.
3) Kebutuhan
sosial, yang meliputi antara lain :
a)
Memberi dan menerima kasih sayang
b)
Perasaan dimiliki dan hubungan yang
berarti dengan orang lain
c)
Kehangatan dan penuh persahabatan
d)
Mendapat tempat atau diakui dalam
keluarga, kelompok serta lingkungan sosial.
4) Kebutuhan harga
diri
a)
Perasaan tidak bergantung pada orang
lain
b)
Kompeten
c)
Penghargaan terhadap diri sendiri dan
orang lain.
5) Kebutuhan akan
aktualisasi diri (Self Actualization)
Kebutuhan
seperti antara lain kebutuhan mempertinggi potensi-potensi dan ekspresi diri meliputi:
a)
Dapat mengenal diri sendiri dengan baik
(mengenal dan memahami potensi diri)
b)
Belajar memenuhi kebutuhan diri
sendiri
c)
Tidak
emosional
d)
Mempunyai dedikasi yang tinggi,
kreatif dan mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dan sebagainya (Mubarak,
2007).
B. TEORI MOTIVASI HERZBERG (1966)
Menurut Herzberg
(1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai
kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya
faktorhigiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik).
Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk
didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, (faktor
ekstrinsik), sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha
mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan,
kemajuan tingkat kehidupan, (faktor intrinsik).
C. TEORI MOTIVASI DOUGLAS McGREGOR
Mengemukakan dua pandangan manusia yaitu
teori X (negative) dan teori y (positif). Teori X
mengandaikan bahwa karyawan tidak menyukai kerja, malas, tidak menyukai
tanggung jawab, dan harus dipaksa agar berprestasi. Sementara Teori Y mengandaikan
bahwa karyawan menyukai kerja, kreatif, berusaha bertanggung jawab, dan dapat
menjalankan pengarahan diri. Teori Z Menekankan pada teori
humanistik, penganbilan keputusan bersama, Supervisi secara tidak langsung,
motivasi lebih pada human.
Menurut teori x
empat pengandaian yag dipegang manajer:
1)
karyawan secara inheren tertanam dalam
dirinya tidak menyukai kerja
2) karyawan
tidak menyukai kerja mereka harus diawasi atau diancam dengan hukuman untuk
mencapai tujuan.
3) Karyawan
akan menghindari tanggung jawab.
4) Kebanyakan
karyawan menaruh keamanan diatas semua factor yang dikaitkan dengan kerja.
Kontras
dengan pandangan negative ini mengenai kodrat manusia ada empat teori Y :
a. karyawan
dapat memandang kerjasama dengan sewajarnya seperti istirahat dan bermain.
b. Orang
akan menjalankan pengarahan diri dan pengawasan diri jika mereka komit pada
sasaran.
c. Rata
rata orang akan menerima tanggung jawab.
d. Kemampuan
untuk mengambil keputusan inovatif.
D.
TEORI
MOTIVASI VROOM (1964)
Teori dari Vroom
(1964) tentang cognitive theory of motivation menjelaskan mengapa seseorang
tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat melakukannya,
sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut Vroom,
tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen, yaitu:
1) Ekspektasi
(harapan) keberhasilan pada suatu tugas
2) Instrumentalis,
yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalam melakukan
suatu tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome tertentu).
3) Valensi,
yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan posistif, netral, atau
negatif.Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi
harapanMotivasi rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari yang diharapkan.
E.
Achievement
TheoryTeori achievement Mc Clelland (1961),
Yang dikemukakan oleh Mc Clelland
(1961), menyatakan bahwa ada tiga hal penting yang menjadi kebutuhan manusia,
yaitu:
1) Need
for achievement (kebutuhan akan prestasi)
2) Need
for afiliation (kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama dengan
soscialneed-nya Maslow)
3) Need
for Power (dorongan untuk mengatur)/
F.
Clayton
Alderfer ERG
Clayton Alderfer
mengetengahkan teori motivasi ERG yang didasarkan pada kebutuhan manusia akan
keberadaan (exsistence), hubungan (relatedness), dan pertumbuhan (growth).
Teori ini sedikit berbeda dengan teori maslow. Disini Alfeder mngemukakan bahwa
jika kebutuhan yang lebih tinggi tidak atau belum dapat dipenuhi maka manusia
akan kembali pada gerakk yang fleksibel dari pemenuhan kebutuhan dari waktu
kewaktu dan dari situasi ke situasi.
b. Pengambilan
Keputusan
Pengambilan Keputusan Merupakan
Salah Satu Bentuk dari Aspek Kepemimpinan dan Manajerial. Terdapat dua hal
dalam pengambilan keputusan diantaranya yaitu:
1) Dalam Pengambilan Keputusan Seorang
Pemimpin atau manajer harus didukung oleh sejumlah data.
2) Diperlukan Masukan dari berbagai
pihak yang berhubungan dengan mekanisme pengambilan keputusan
Menurut
Davis, keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas.
Hal itu berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai ‘apa yang
harus dilakukan’ dan seterusnya mengenai unsur-unsur perencanaan.
Dapat juga
dikatakan bahwa keputusan itu sesungguhnya merupakan hasil proses pemikiran
yang berupa pemilihan satu diantara beberapa alternatif yang dapat digunakan
untuk memecahkan masalah yang dihadapiny.
Ada
beberapa definisi tentang pengambilan keputusan, diantaranya yaitu :
a) Terry, ia memberikan definisi pengambilan
keputusan adalah pemilihan alternartif perilaku dari dua alternatif atau lebih.
Tetapi juga dikatakan bahwa pengambilan keputusan adalah tindakan pimpinan
untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam organisasi yang dipimpinnya dengan
melalui pemilihan satu diantara alternatif-aternatif yang dimungkinkan.
b) Siagian, pada hakikatnya pengambilan
keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap hakikat suatu masalah,
pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang
dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan
yang paling tepat.
Dari
pengertian-pengertian tentang pengambilan keputusan dapat ditarik kesimpulan,
bahwa keputusan itu diambil dengan sengaja, tidak secara kebetulan, dan tidak
boleh sembarangan. Masalahnya terlebih dulu harus diketahui dan dirumuskan
dengan jelas, sedangkan pemecahannya harus didasarkan pemilihan alternatif
terbaik dari alternatif-alternatif yang disajikan.
Dari
pendapat-pendapat yang telah dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa proses
pengambilan keputusan itu meliputi:
1. Identifikasi masalah
2. Pengumpulan dan penganalisisan data
3. Pembuatan alternatif-alternatif
kebijakan yang nantinya akan dijadikan alternatif-alternatif keputusan, dengan
memperhatikan situasi lingkungan,
4. Memilih satu alternatif terbaik
untuk dijadikan keputusan
5. Melaksanakan keputusan
6. Memantau dan mengevaluasi hasil
pelaksanaan keputusan.
4.
Masalah motivasi dan hubungan
motivasi dengan kepuasan kerja
a. Masalah
Motivasi
Motivasi
merupakan masalah yang kompleks dalam organisasi karena kebutuhan dan keinginan
setiap anggota organisasi adalah berbeda-beda. Dan berkembang atas dasar proses
belajar yang berbeda .
Membahas mengenai motivasi berarti
tidak lepas dari pandangan yang dikemukkan oleh beberapa ahli yang mengeluarkan
Teori Motivasi seperti Teori X dan Y dari Mc. Gregor, Hirarki kebutuhan oleh
Maslow, dan yang lainnya adalah Teori Motivasi dan Non Motivasi oleh Myer.
Dalam organisasi yang dinamis,
pegawai yang bekerja dilingkupi oleh lingkungan yang sangat berpengaruh pada
capaian kinerjanya sehingga pegawai tersebut harus bisa menjaga kondisi
kerjanya agar senantiasa tetap produktif. Organisasi sebagai kumpulan orang
yang bekerja bersama-sama harus bisa menciptakan lingkungan yang kondusif bagi
pekerjanya sehingga iklim kerja tersebut mendorong pegawai yang ada untuk bekerja
lebih baik lagi. Oleh karena itu, pegawai sebagai manusia mempunyai dua sisi
yang saling berpengaruh pada praktek kerjanya yaitu aspek dalam diri manusia
dan aspek diluar manusia.
Banyak hal yang menunjukkan hubungan
kedua aspek ini sehingga ketika ingin melacak area yang mana merupakan sumber
masalah dari motivasi yang muncul dari setiap pegawai kita adalah dengan
mencari tahu kelemahan-kelemahan atau masalah-masalah yang terjadi pada aspek
itu.
Motivasi adalah sifatnya abstrak dan
sangat psikologis dan merupakan sebuah dimensi internal manusia yang sangat
dinamis. Motivasi menurut Sulistiyani, dkk (2009:76) adalah “proses pemberian
dorongan kepada anak buah supaya anak buah dapat bekerja sejalan dengan batasan
yang diberikan guna mencapai tujuan organisasi secara optimal.” Dengan
demikian, dorongan yang diberikan kepada pegawai adalah sebuah pengaruh dari
dimensi luar manusia kedalam aspek dalam diri manusia itu sendiri yang pada
akhirnya mempengaruhi pola pikir atau perilaku untuk melakukan tindakan
tertentu.
Motivasi merupakan suatu tenaga atau
faktor yang terdapat dalam diri seseorang yang menimbulkan, menggerakkan dan
mengorganisasikan tingkah lakunya. Motivasi pada dasarnya adalah kondisi mental
yang mendorong dilakukannya suatu tindakan dan memberikan kekuatan yang
mengarahkan kepada pencapaian tujuan. Motivasi inilah yang mendorong seseorang
untuk beraktifitas dalam pencapaian tujuan. Motivasi tidak akan terjadi, jika
tidak dirasakan rangsangan terhadap hal semacam itu di atas yang akan menumbuhkan
motivasi dan motivasi yang tumbuh dapat menjadikan motor atau dorongan untuk
mencapai tujuan.
Ketika
organisasi mampu memenuhi keinginan pegawai tersebut menurut teori Maslow dan
memacu produktivitas kerja pegawai karena organisasi melihatnya sebagai Teori Y
Mc Gregor, maka disinilah letak strategis sebuah pengembangan sumber daya
manusia kearah yang lebih baik.
b. Hubungan
motivasi dengan kepuasan kerja
Motivasi
berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau menggerakkan. Secara
konkrit motivasi dapat diberi batasan sebagai “ Proses pemberian motif
(penggerak) bekerja kepada para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau
bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi secara efisien“.
Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan
dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai
hasil yang optimal. Motivasi semakin penting karena manajer/pimpinan membagikan
pekerjaan kepada bawahannya untuk dikerjakan dengan baik dan terintegrasi
kepada tujuan yang diinginkan. Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang
menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral
kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja.
Kepuasan
kerja dinikmati dalam pekerjaan, luar pekerjaan, dan kombinasi dalam dan luar
pekerjaan. (hasibuan, 2001 : 202).
Keadaan
yang menyenangkan dapat dicapai jika sifat dan jenis pekerjaan yang harus
dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan nilai yang dimiliki.
Kepuasan
kerja merupakan :
“Suatu
pernyataan rasa senang dan positif yang merupakan hasil penilaian terhadap
suatu pekerjaan atau pengalaman kerja “ (locke, 1995 : 126).
Manusia
dalam hal ini pegawai adalah mahluk sosial yang menjadi kekayaan utama bagi
setiap organisasi. Mereka menjadi perencana, pelaksana, dan pengendali yang
selalu berperan aktif dalam mewujudkan tujuan organisasi. Pegawai menjadi
pelaku yang menunjang tercapainya tujuan, mempunyai pikiran, perasaan dan
keinginan yang dapat mempengaruhi sikap-sikap negatif hendaknya dihindarkan
sedini mungkin.
Untuk
mengembangkan sikap-sikap positif tersebut kepada pegawai, sebaiknya pimpinan
harus terus memotivasi para pegawainya agar kepuasan kerja pegawainya menjadi tinggi, mengingat kepuasan kerja
merupakan bagian dari kepuasan hidup yang bergantung pada tindakan mana
individu menemukan saluran saluran yang memadai untuk mewujudkan kemampuan,
minat, ciri pribadi nilai-nilainya. Gouzaly (2000:257), dalam bukunya
“Manajemen Sumber Daya Manusia” mengelompokkan faktor-faktor motivasi kedalam
kedalam dua kelompok yang dapat menimbulkan kepuasan kerja yaitu, faktor
external (karakteristik organisasi) dan faktor internal (karakteristik
pribadi).
Manusia
merupakan motor penggerak sumber daya yang ada dalam rangka aktifitas dan
rutinitas dari sebuah organisasi atau perusahaan. Sebagaimana diketahui sebuah
organisasi atau perusahaan, didalamnya terdiri dari berbagai macam individu
yang tergolong dari berbagai status yang mana status tersebut berupa
pendidikan, jabatan dan golongan, pengalaman, jenis kelamin, status perkawinan,
tingkat pengeluaran, serta tingkat usia dari masing - masing individu tersebut,
Hasibuan (2000 : 147).
Suatu
kenyataan kehidupan organsisasional bahwa pimpinan memainkan peranan yang amat
penting, bahkan dapat dikatakan amat menentukan, dalam usaha pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya. Memang benar bahwa pimpinan, baik secara
individual maupun sebagai kelompok, tidak mungkin dapat bekerja sendirian.
Pimpinan membutuhkan sekelompok orang lain, yang dengan istilah populer dikenal
sebagai bawahan, yang digerakkan sedemikian rupa sehingga para bawahan itu
memberikan pengabdian dan sumbangsihnya kepada organisasi, terutama dalam cara
bekerja yang efisien, efektif, ekonomis dan produktif.
Dari
kenyataan, maka pemberian motivasi dikatakan penting, karena pimpinan atau
manajer itu tidak sama dengan karyawan, karena seorang pimpinan tidak dapat
melakukan pekerjaan sendiri. Keberhasilan organisasi amat ditentukan oleh hasil
kerja yang dilakukan orang lain (bawahan). Untuk melaksanakan tugas sebagai
seorang manajer ia harus membagi-bagi tugas dan pekerjaan tersebut kepada
seluruh pagawai yang ada dalam unit kerjanya sesuai hierarkhi. Seorang pimpinan
harus mampu menciptakan suasana yang kondusif, memberikan cukup perhatian,
memberikan penghargaan terhadap prestasi kerja, menjalin komunikasi yang baik
dengan seluruh pegawai.
Untuk
menciptakan kondisi demikian, diperlukan adanya usaha-usaha untuk meningkatkan
kualitas dan kepuasan kerja bagi setiap pegawai. Ini dimungkinkan bila
terwujudnya peningkatan motivasi kerja pegawai secara optimal. Sebab
bagaimanapun juga tujuan organisasi/perusahaan, salah satunya adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan dan kepuasan kerja pegawai.
5.
Sistem
pengembangan dan penghargaan SDM keperawatan
Sistem Pengembangan Manajemen Kinerja Klinik (SPMKK)
adalah upaya peningkatan kemampuan manajerial dan kinerja perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan disarana atau institusi pelayanan kesehatan
untuk mencapai pelayanan kesehatan yang bermutu (Depkes, 2006).
Manajemen sumber
daya keperawatan merupakan proses estimasi terhadap jumlah sumber daya manusia
keperawatan berdasarkan tempat, keterampilan dan perilaku yang dibutuhkan untuk
memberikan pelayanan keperawatan yang optimal (Ilyas, 2004). Perawat yang
merupakan tenaga terbanyak di rumah sakit membutuhkan perencanaan yang baik.
Perawat
disebutkan sebagai tenaga terpenting karena sebagian besar pelayanan rumah
sakit adalah pelayanan keperawatan. Gillies (1994) menyatakan bahwa 40-60%
pelayanan rumah sakit adalah pelayanan keperawatan. Bahkan Huber (1996)
menyatakan bahwa 90% pelayanan rumah sakit adalah pelayanan keperawatan. Tidak
ada satupun rumah sakit yang tidak mempergunakan jasa perawat untuk memberikan
pelayanan kepada klien.
Strategi
perencanaan untuk perkembangan Sumber Daya Manusia Keperawatan diperlukan arah
yang jelas dengan pendekatan terstruktur dan perencanaan tindakan yang spesifik serta kerjasama lintas
sektor, lintas profesi dan sebagainya (WHO, 2003).
Mekanisme utama
untuk pengembangan keperawatan pada suatu negara melalui pembentukan vocal
point (Direktorat Keperawatan), Badan Regulatori/Konsil.
Implementasi yang berhasil tergantung pada sebagian dari proses yang digunakan
dalam pengembangan rencana strategik nasional.
Proses harus
multidisiplin, termasuk pemimpin yang senior, dan adanya target yang mengarah
pada pencapaian kontribusi perawat yang lebih efektif pada tujuan kesehatan
nasional. Strategi jangka menengah dan jangka panjang untuk keperawatan bila
ingin mempunyai makna harus terintegrasi dengan arah, kebijakan dan perencanaan
pemerintah (WHO, 2003).
Keterpaduan
upaya pengembangan Sumber Daya Manusia (keterpaduan perencanaan Sumber Daya
Manusia dengan pelayanan, perencanaan untuk Sumber Daya Manusia terintegrasi
misalnya tim multidisiplin, keterpaduan proses perencanaan lintas disiplin,
wilayah dan sektor) (WHO, 2003).
Menurut WHO
dalam Conceptual Framework
for Nursing
and Midwifery Workforce
Management (WHO, 2003) digambarkan sebagai sebuah rumah yang
terdiri dari 3 pilar utama yaitu kebijakan dan perencanaan; pendidikan,
pelatihan dan pengembangan; dan penyebaran dan pendayagunaan serta memiliki 2
buah pondasi yaitu regulasi dan evidence
based sebagai dasar pembuatan keputusan.
Sistem
keseluruhan untuk pengembangan staf dapat direncanakan dan diprogramkan, dengan
staf yang ada sebagai masukan, pengembangan karir dalam berbagai dimensi
sebagai proses pemindahan, dan tingkat pencapaian yang diharapkan sebagai
keluaran. Interaksi dengan lingkungan praktik akan terus berlanjut. Perubahan
dan umpan balik evaluatif dapat memasukkan kembali sistem pada titik manapun
(Swansburg RC, 2001).
Tiga fase dalam
pengembangan perawat adalah sebagai berikut (Swansburg RC, 2001):
1) Identifikasi
profesional, dimana individu terorientasi pada karir.
2) Maturasi
profesional, dimana potensial terhadap perkembangan dan perluasan kompetensi
dikenali.
3) Penguasaan
profesional, dimana potensial terhadap aktualisasi diri dicapai.
PENUGASAN
:
Harapan-harapan pasien selama dirawat di
rumah sakit dan harapan perawat selama merawat pasien
1.
Harapan
Pasien selama dirawat di rumah sakit.
Harapan
merupakan sesuatu yang individu inginkan untuk didapatkan atau dicapai. Harapan
pasien yang terlalu tinggi dicerminkan dengan banyak pasien yang mempunyai
harapan terhadap suatu jasa pelayanan keperawatan yang ideal yaitu yang
tercermin dalam perilaku caring perawat.
Pasien atau klien merupakan individu terpenting di rumah
sakit sebagai konsumen sekaligus sasaran produk rumah sakit. Dalam mengambil
keputusan, konsumen yaitu pasien, tidak akan berhenti hanya sampai pada proses
penerimaan pelayanan. Pasien akan mengevaluasi pelayanan yang diterimanya
tersebut. Hasil dari proses evaluasi itu akan menghasilkan perasaan puas atau
tidak puas.
Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang
timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperoleh setelah
pasien membandingkannya dengan apa yang diharapkan. Suatu pelayanan dinilai
memuaskan bila pelayanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pasien.
Jadi kepuasan atau ketidakpuasan adalah kesimpulan dari interaksi antara
harapan dan pengalaman sesudah memakai jasa atau pelayanan yang diberikan.
Klien menginginkan perawat yang
melayaninya memiliki sikap baik, murah
senyum, sabar, mampu berbahasa yang mudah difahami, serta berkeinginan menolong
yang tulus dan mampu menghargai klien dan pendapatnya. Mereka
mengharapkan perawat memiliki pengetahuan yang memadai tantang kondisi
penyakitnya sehingga perawat mampu mengatasi setiap keluhan yang dialami oleh
individual klien (Meyers & Gray, 2001).
Memahami
kebutuhan dan keinginan konsumen dalam hal ini
pasien adalah hal penting yang mempengaruhi kepuasan pasien. Pasien yang puas
merupakan aset yang sangat berharga karena apabila pasien puas mereka akan
terus melakukan pemakaian terhadap jasa pilihannya, tetapi jika pasien merasa
tidak puas mereka akan memberitahukan dua kali lebih hebat kepada orang lain
tentang pengalaman buruknya. Untuk menciptakan kepuasan pasien suatu perusahaan
atau rumah sakit harus menciptakan dan mengelola suatu system untuk memperoleh
pasien yang lebih banyak dan kemampuan untuk mempertahankan pasiennya.Namun demikian masih banyak
ditemukan keluhan klien tentang perawat yang kurang ramah, kurang tanggap dan
kurang kompeten. Saat ini pasien mengharapkan pelayanan kesehatan khususnya
keperawatan yang memuaskan.
Menurut pendapat Budiastuti (2002) mengemukakan
bahwa pasien dalam mengevaluasi kepuasan terhadap jasa pelayanan yang diterima
mengacu pada beberapa faktor, antara lain :
a. Kualitas produk atau
jasa
Pasien akan merasa puas
bila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa produk atau jasa yang digunakan
berkualitas. Persepsi konsumen terhadap kualitas poduk atau jasa dipengaruhi
oleh dua hal yaitu kenyataan kualitas poduk atau jasa yang sesungguhnya dan
komunikasi perusahaan terutama iklan dalam mempromosikan rumah sakitnya.
b. Kualitas pelayanan
Memegang peranan penting
dalam industri jasa. Pelanggan dalam hal ini pasien akan merasa puas jika
mereka memperoleh pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan.
c. Faktor emosional
Pasien yang merasa
bangga dan yakin bahwa orang lain kagum terhadap konsumen bila dalam hal ini
pasien memilih rumah sakit yang sudah mempunyai pandangan “rumah sakit mahal”,
cenderung memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi.
d. Harga
Harga merupakan aspek penting, namun yang terpenting dalam penentuan kualitas guna mencapai kepuasan pasien. Meskipun demikian elemen ini mempengaruhi pasien dari segi biaya yang dikeluarkan, biasanya semakin mahal harga perawatan maka pasien mempunyai harapan yang lebih besar. Sedangkan rumah sakit yang berkualitas sama tetapi berharga murah, memberi nilai yang lebih tinggi pada pasien.
Harga merupakan aspek penting, namun yang terpenting dalam penentuan kualitas guna mencapai kepuasan pasien. Meskipun demikian elemen ini mempengaruhi pasien dari segi biaya yang dikeluarkan, biasanya semakin mahal harga perawatan maka pasien mempunyai harapan yang lebih besar. Sedangkan rumah sakit yang berkualitas sama tetapi berharga murah, memberi nilai yang lebih tinggi pada pasien.
e. Biaya
Mendapatkan produk atau jasa, pasien yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan jasa pelayanan, cenderung puas terhadap jasa pelayanan tersebut.
Mendapatkan produk atau jasa, pasien yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan jasa pelayanan, cenderung puas terhadap jasa pelayanan tersebut.
Menurut Griffith (1987) ada beberapa
aspek-aspek yang mempengaruhi perasaan puas pada seseorang yaitu :
a) Sikap pendekatan staf pada pasien yaitu sikap staf terhadap pasien
ketika pertama kali datang di rumah sakit.
b) Kualitas perawatan yang diterima oleh pasien yaitu apa saja yang
telah dilakukan oleh pemberi layanan kepada pasien, seberapa pelayanan
perawatan yang berkaitan dengan proses kesembuhan penyakit yang diderita pasien
dan kelangsungan perawatan pasien selama berada dirumah sakit.
c) Prosedur administrasi yaitu berkaitan dengan pelayanan
administrasi pasien dimulai masuk rumah sakit selama perawatan berlangsung
sampai keluar dari rumah sakit.
d) Waktu menunggu yaitu berkaitan dengan waktu yang diperbolehkan
untuk berkunjung maupun untuk menjaga dari keluarga maupun orang lain dengan
memperhatikan ruang tunggu yang memenuhi standar-standar rumah sakit antara
lain : ruang tunggu yang nyaman, tenang, fasilitas yang memadai misalnya
televisi, kursi, air minum dan sebagainya.
e) Fasilitas umum yang lain seperti kualitas pelayanan berupa makanan
dan minuman, privasi dan kunjungan. Fasilitas ini berupa bagaimana pelayanan
terhadap pemenuhan kebutuhan pasien seperti makanan dan minuman yang disediakan
dan privasi ruang tunggu sebagai sarana bagi orang-orang yang berkunjung di
rumah sakit.
f) Fasilitas ruang inap untuk pasien yang harus rawat. Fasilitas
ruang inap ini disediakan berdasarkan permintaan pasien mengenai ruang rawat
inap yang dikehendakinya.
g) Hasil treatment atau hasil perawatan yang diterima oleh pasien
yaitu perawatan yang berkaitan dengan kesembuhan penyakit pasien baik berapa
operasi, kunjungan dokter atau perawat.
Ingat kepuasan antar individu satu dengan individu lain berbeda.
Hal ini terjadi karena adanya pengaruh dari faktor jabatan, umur, kedudukan
sosial, tingkat ekonomi, pendidikan, jenis kelamin, sikap mental dan
kepribadian.
Jadi
kesimpulannya, adapun harapan pasien selama dirawat di rumah sakit diantaranya
yaitu :
a)
Pasien mengharapkan kualitas pelayanan
yang diberikan lebih di tingkatkan
b)
Pasien mengharapkan agar perawat lebih
peduli terhadap mereka.
c)
Pasien mengharapkan sikap dan perilaku
petugas kesehatan lainnya lebih ramah terhadap mereka, lebih menunjukkan sikap
empati.
d)
Pasien mengharapkan kepada perawat maupun
dokter agar tetap menjaga privasi mereka dengan tidak menceritakan aib yang ada
pada diri mereka.
e)
Pasien mengharapkan pelayanan yang siap, cepat, tanggap
dan nyaman terhadap keluhan penyakit pasien.
f)
Pasien mengharapkan agar tenaga kesehatan atapun perawat
mampu responsif (peka) dengan keluhan yang mereka rasakan, serta mampu
menanggapi keluhan pasien secara professional.
g)
Selain
itu ada harapan khusus yang diharapkan pasien misalnya : seorang anak
mengharapkan dari seorang perawat, selama berada dalam perawatannya menjadi
pengganti ibunya, yang dapat mengerti minat dan aktivitasnya. Selanjutnya
seorang remaja justru sibuk memikirkan dirinya dan merenungkan soal masa depan.
Ia mengharapkan perawat dapat menjadi orang kepercayaan yang dapat diajak
berdiskusi mengenai masalah pribadinya. Seorang pasien dewasa menganggap masa
sakit yang sedang dialaminya sebagai perintang dalam melaksanakan tugas,
kemudian ia akan dilanda pikiran-pikiran negative, jadi seorang perawat
hendaknya dapat membimbing sikap dan penilaian pasien terhadap dirinya sendiri,
kewajiban dan penyakitnya. Terkadang perawat perlu bersikap tegas, namun perlu
juga sikap riang gembira.
2.
Harapan
Perawat selama merawat pasien
Perawat hendaknya
memaknai tugasnya sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan fisik, psikologis dan
sosial pasien, sehingga pasien dapat bertahan hidup, terhindar dari komplikasi
penyakit, mempunyai semangat hidup serta dapat diterima dan mampu hidup layak
dalam keluarga dan masyarakat.
Kecemasan yang
dialami oleh perawat selama merawat pasien adalah kekhawatiran terhadap
terjadinya penularan penyakit, dan kekhawatran ini sulit untuk dihilangkan.
Meskipun ada kekhawatiran penularan, perawat tetap melakukan perawatan pada
pasien karena aanya motivasi dalam diri perawat bahwa merawat pasien merupakan
tanggung jawab, tugas, dan kewajiban seorang perawat.
Harapan perawat selama bekerja merawat pasien ialah
keinginan untuk dapat memberikan pelayanan asuhan keperawatan yang bermutu
sesuai standar yang telah ditetapkan, yang tujuannya ialah menciptakan kepuasan
pada pasien. Tentu saja untuk dapat meningkatkan kinerja perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan, para perawat perlu diberikan motivasi
sebagaimana yang mereka harapakan.
Kinerja seseorang sangat dipengaruhi oleh kemampuan dasar
atau keterampilan yang dimiliki serta bentuk motivasi yang diterima. Seorang
perawat manajer harus mampu untuk memotivasi perawat pelaksananya secara aktif,
jika kinerja perlu diperbaiki, perawat manajer harus turut campur dan membantu
menciptakan atmosfer yang mendorong, mendukung, dan
mempertahankan perbaikan. Motivasi yang diperoleh dapat memberikan
kenyamanan dan kepuasan dalam bekerja sehingga berdampak pada hasil kinerja yang
maksimal.
Beberapa cara
dapat dilakukan untuk menumbuhkan motivasi seperti menciptakan lingkungan kerja
yang menyenangkan, mengurangi atau menghindarkan perawat dari pekerjaan yang
bersifat monoton dan membosankan, memberikan penghargaan atau reward kepada perawat yang dinilai
berkinerja baik, memberikan pelatihan, seminar atau workshop kepada para perawat, selain untuk menambah pengetahuan dan
keterampilan, pelatihan, seminar atau workshop
dapat berfungsi sebagai penyegaran bagi para perawat serta menghindarkan
perawat dari kejenuhan.
Namun ada
beberapa harapan perawat selama merawat pasien diantaranya yaitu:
a.
Perawat berharap mampu memberikan pelayanan asuhan
keperawatan yang bermutu sesuai standar yang telah ditetapkan, yang tujuannya
ialah menciptakan kepuasan pada pasien.
b.
Perawat
mengharapkan agar alat pelindung diri (APD) lebih di tingkatkan
lagi, guna menghindari infeksi nosocomial yang bisa terjadi pada perawat yang
sedang menjalankan tugasnya dalam merawat pasien
c.
Perawat mengharapkan pasien aktif dalam
proses penyembuhannya agar mereka dapat sembuh lebih cepat dan dapat menjalani
aktifitas.
d.
Perawat berharap mendapatkan motivasi
berupa penghargaan terhadap apa yang mereka lakukan, agar mereka lebih
termotivasi dalam meningkatkan asuhan keperawatan yang bermutu kepada pasien
e.
Perawat berharap mereka dapat
meningkatkan profesi mereka dan menujukkan bahwa mereka mampu menjadi seorang
professional dalam bidang kesehatan.
DAFTAR
PUSTAKA
Dexter, Akbar. 2012. Fungsi Pengarahan dalam
Management. https://www.scribd.com/doc/96274382/Fungsi-Pengarahan-Dalam-Manajemen
Gillies, A. (1996). Manajemen Keperawatan: Suatu
Pendekatan Sistem. Terjemahan. Edisi Kedua. W.B. Saunders : Illionis.
Gunarsa, singgih D. 2008. Psikologi Perawatan. Jakarta : Gunung Mulia
Ilyas, Yaslis. (2004). Perencanaan SDM Rumah Sakit:
Teori, Metoda dan Formula. Depok: Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan FKM-UI.
Swansburg, RC. 2001. Pengembangan staf keperawatan: suatu komponen pengembangan SDM.
Alih bahasa Agung Waluyo, Yasmin Asih. Edisi 1. Jakarta : EGC
Swamburg, Russel C.
2000. Pengantar kepemimpinan dan
manajemen keperawatan. Jakarta : EGC
WHO. 2003. Nursing
and midwifery workforce management: conceptual and framework. WHO Regional
office for south east asia: India
http://repository.mb.ipb.ac.id/754/5/e10-05-aleksander-bab1pendahuluan.pdf diakses pada tanggal 4 November 2014 pukul 15:34
WITA
http://www.academia.edu/4750548/Manajemen_Keperawatan_By_Ratiza_S.Kep diakses pada tanggal 4 November 2014 pukul 16:45 WITA
http://www.slideshare.net/aminudinharahap/makalah-komunikasi-dalam-keperawatan diakses pada tanggal 4 November 2014 pukul 19:22
WITA
http://repository.widyatama.ac.id/handle/10364/1072 diakses pada tanggal 45November 2014 pukul 18:07 WITA
http://thesis.binus.ac.id/asli/Lain-lain/bab4_02-03d.pdf diakses pada tanggal 4 November 2014 pukul 18:33 WITA
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/112/jtptunimus-gdl-nurhayatib-5557-2-babi.pdf diakses pada tanggal 4 November 2014 pukul 18:36 WITA
http://www.permatabunda.co.id/index.php/artikel-kesehatan/85-kepuasan diakses pada tanggal 6 November 2014 pukul 14:27 WITA
http://www.slideshare.net/nenkazrie/makalah-motivasi-kerja-4-517 diakses pada tanggal 6 November 2014 pukul 15:25 WITA